Misalnyaseseorang yang lahir tanggal 10 Januari, maka hari ulang tahunnya akan diperingati tiap-tiap tanggal 10 Januari pada tahun berikutnya (12 bulan kalender). Menurut tradisi umat Hindu di Bali, dalam mengantarkan doa-doa otonan sering mempergunakan doa yang diucapkan yang disebut sehe (see) yakni doa dalam bahasa Bali yang diucapkan primbonmenurut tanggal lahir by primbon Posted on 10 November 2021 primbon com utau primbon menurut tanggal lahir dan www primbon,watak jodoh kelahiran pasangan,ramalan keberuntungan primbon jawa asli primbon zodiak dan primbon ramalan bintang.untuk melanjutkan ke primbon  - - KLIK DI SINI Salahsatu keunikan yang sudah menjadi tradisi umat Hindu Bali dimanapun berada tidak pernah melupakan prihal Otonan atau Ngotonin, yang merupakan peringatan hari kelahiran berdasarkan satu tahun wuku, yakni 6 (enam) bulan kali 35 hari = 210 hari. Jatuhnya Otonan akan bertepatan sama persis dengan; Sapta Wara, Panca Wara, dan Wuku yang sama. Sayatahu otonan/weton saya, tapi tanggal lahir saya tidak diketahui dengan pasti. Bagaimana caranya mencari tanggal lahir saya? Saya ingin tahu karakter kelahiran saya berdasarkan wewaran. Klik disini. Saya ingin mengetahui garis hidup saya. Augusto Viana. Timor Leste. mohon kirimkan kalender Bali karena saya membuat program Meditasi Nahdari tanggal bulan dan tahun tersebut kita bisa mencari otonan atau hari kelahiran berdasarkan kalender Caka. Otonan berasal dari kata "pawetuan", yaitu peringatan hari lahir menurut tradisi agama Hindu di Bali yang didasarkan pada Sapta wara, Panca wara, dan Wuku. Dalam kalender Bali otonan dirayakan setiap 210 hari (setiap 6 bulan). Salahsatu keunikan yang sudah menjadi tradisi umat Hindu Bali dimanapun berada tidak pernah melupakan prihal; Otonan atau Ngotonin, yang merupakan peringatan hari kelahiran berdasarkan satu tahun wuku, yakni; 6 (enam) bulan kali 35 hari = 210 hari. Jatuhnya Otonan akan bertepatan sama persis dengan; Sapta Wara, Panca Wara, dan Wuku yang sama. Otonanadalah upacara kelahiran (upacara ulang tahun) yang dilaksanakan oleh masyarakat Bali, Indonesia. Upacara ini dilakanakan berdasarkan kelahiran pada Wuku kalender Bali. Pelaksanaannya bersamaan dengan Sapta Wara, dan Panca Wara. Tujuan upacara ini adalah untuk menebus kesalahan-kesalahan dan keburukan-keburukan terdahulu sehingga kehidupan sekarang mencapai kehidupan yang lebih sempurna. Otonanadalah perayaan hari lahir berdasarkan perhitungan wewaran dan wuku dalam kalender Caka Bali. Ternyata dalam zodiak klasik Bali (Palintangan), mulai dari tanggal lahir, hari, waktu lahir, wewaran, hingga wuku memberikan pengaruh pada kelahiran lho. Termasuk kelahiran Sabtu Umanis Sungsang, yang bisa memengaruhi karakter, sifat, dan KHsG1dS. Izin pake fotonya ya. Lucu-lucu banget bayinya Otonan merupakan suatu perayaan yang sudah lumrah dilakukan di Bali. Otonan dimaknai sebagai peringatan hari kelahiran menurut tradisi Hindu di Bali, atau singkatnya bisa disebut sebagai ulang tahun versi Bali. Setiap otonan, umat Hindu Bali diingatkan kembali tentang kelahirannya dan kesempatan berbuat baik selama masih tradisi Hindu di Bali sebenarnya tidak mengenal adanya perayaan ulang tahun, karena mempunyai sistem perhitungan hari kelahiran yang berbeda. Otonan didasarkan pada pertemuan Panca Wara Pasaran Umanis, Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Sapta Wara Hari Senin – Minggu, serta Wuku. Dalam menentukan hari otonan pun yang harus dijadikan patokan adalah sistem kalender Saka-Bali, di mana dalam pergantian hari atau tanggal dihitung ketika matahari terbit Sekitar jam 6 pagi.Misalnya saja, seseorang lahir tepat pada Hari Raya Galungan pukul Wita. Maka otonan si anak tersebut adalah setiap Rabu Kliwon Wuku Dungulan. Namun jika si anak lahir sebelum matahari terbit, maka si anak dianggap lahir pada Selasa Wage Wuku penghitungan kalender Bali, Rabu Kliwon Wuku Dungulan akan bertemu kembali setiap 210 hari atau 7 bulan kalender masehi. Karena itu, setiap otonan manusia Bali yang beragama Hindu akan dirayakan setiap 210 hari sekali. Apa saja yang dilakukanselama saat otonan, dan apa doa yang dipanjatkan? Berikut rangkuman dari berbagai sumber Baca Juga Doa Mandi Hindu, dari Gosok Gigi Hingga Memakai Pakaian 1. Otonan bermakna sebagai ucapan syukur dan harapan agar bisa menjadi manusia yang lebih baik lagiIDN Times/Imam Rosidin Otonan adalah hari di mana seseorang memperingati hari kelahirannya, ditujukan untuk memanjatkan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi atas napas dan kehidupan yang telah dilahirkan ke dunia diberikan kesempatan untuk memperbanyak perbuatan baik, sehingga bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Melalui otonan, seseorang diharapkan bisa mengubah perilakunya menjadi lebih baik, bijaksana, dan welas asih baik kepada orangtua, saudara, keluarga, serta Otonan tidak mesti digelar mewah, yang terpenting adalah nilai dan maknanyaFoto hanya ilustrasi. IDN Times/Imam Rosidin Untuk merayakan otonan, tidak mesti dibuatkan upacara yang besar dan mewah. Hindu Bali memberikan kebebasan bagi umat merayakan otonan bisa menyesuaikan dengan kemampuannya masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana nilai dan maknanya benar-benar dipahami, diresapi, dan tiga tingkatan upacara yang bisa dipilih, yakni tingkat sederhana, menengah, dan utama Besar. Dengan adanya tiga tingkatan itu, maka umat bisa memilih sesuai kemampuannya. Yang paling penting lagi, landasan utamanya adalah sraddha Keimanan, kesucian atau ketulusan Berikut banten sederhana yang dihaturkan selama otonanFoto hanya ilustrasi. IDN Times/Rehuel Willy AditamaSesuai tradisi di Bali, setiap upacara agama selalu dilengkapi dengan banten atau sesajen yang masing-masing jenisnya memiliki makna simbolis tertentu. Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini banten otonan tingkat sederhana Banten pejati bertujuan sebagai upasaksi yakni rasa kesungguhan hati seseorang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan memohon agar Tuhan bersaksi terhadap upacara yang akan diselenggarakan Banten Byakala mengandung makna simbolis untuk menjauhkan kekuatan Bhutakala kekuatan negatif yang mengganggu umat manusia, agar yang bersangkutan bersih lahir dan batin Banten Peras bertujuan untuk memohon keberhasilan dan kesuksesan upacara yang dilaksanakan. Terkandung pula permohonan kepada Sang Hyang Widhi untuk menyucikan Tri Guna pada diri manusia yakni sifat satwam tenang dan bijaksana, rajas energik dan ambisius serta tamas pasif dan malas Banten Ajuman atau Sodan maknanya umat manusia diwajibkan mempersembahkan terlebih dahulu apa saja yang mesti dinikmati. Seseorang yang menikmati makanan tanpa mempersembahkan terlebig dahulu kepada-Nya, dinyatakan sebagai pencuri yang menikmati pahala dosanya sendiri Pengambean mengandung makna simbolis memohon karunia Sang Hyang Widhi dan para leluhur guna dapat menikmati hidup dan kehidupan senantiasa berdasarkan kebenararan. Juga memohon ketegaran dan ketangguhan untuk menghadapi tantangan hidup Banten Dapetan mengandung makna agar seseorang siap menghadapi kenyataan hidup dalam suka dan duka. Manusia mensyukuri anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan selalu meminta perlindungan dari-Nya Banten Sayut Lara Malaradan mengandung makna keselamatan, mohon kesejahtraan, dan berkurang serta lenyapnya semua jenis penyakit. Baca Juga 4 Doa Hindu Memohon Kesembuhan, Menjenguk Orang Sakit Hingga Melayat 4. Mawat kawat mabalung besi, doa yang sering dipanjatkan saat Upacara otonan bisa dipimpin oleh seorang pendeta, pemangku atau orang yang dituakan dalam keluarga. Jika mengundang pemangku atau pendeta, biasanya akan dirapal mantra-mantra berdasarkan pengetahuan agama. Namun bila otonan dilakukan secara sederhana yang hanya dipimpin oleh tetua keluarga, biasanya doa yang diucapkan menggunakan bahasa yang memimpin upacara otonan bagi sang anak biasanya mengucapkan doa “Dumogi mawat kawat mabalung besi. Dumogi sekancan pekaryan mesari. Pageh makta raga”. Artinya semoga urat nadinya sekuat kawat, balungnya sekuat besi. Semoga semua pekerjaan diambil mendatangkan rezeki yang baik, serta tetap teguh membawa dirinya sendiri dan berpegang pada Dharma Kebenaran.Meski doanya sederhana, namun itulah doa yang paling inti dipanjatkan oleh keluarga untuk anak yang sedang merayakan otonan. Keluarga senantiasa mendoakan kesehatan, rezeki, serta iman teguh sang anak agar bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti DENPASAR - Masyarakat Hindu Bali, mengenal yang namanya otonan sesuai dengan wewaran hari kelahiran masing-masing orang. Namun bagaimana tata cara ngotonin yang baik dan benar. Berikut ulasan yang dijelaskan oleh Jero Mangku Ketut Maliarsa. Untuk bebantenan atau sarana upakara, tidaklah sulit atau rumit. Sebab yadnya di Bali sifatnya fleksibel. Walau ada yang menggunakan banten seperti tumpeng lima atau tumpeng tiga, namun jika tidak bisa tidak perlu dipaksakan. • Bagi Umat Hindu Bali, Otonan Lebih Penting daripada Ulang Tahun, Apa Sebabnya? • Otonan Saat Tumpek Wayang, Ini Maknanya Dalam Hindu Bali • Otonan di Bali, Makna dan Rentetan Prosesinya Cukup dengan canang sari dan niat yang tulus saja bisa. Namun jika ingin lebih lengkap, berikut penjelasan banten dengan tumpang lima dan tumpeng tiga. Apabila menggunakan tumpang lima, sarananya adalah pengambean, dapetan, peras, pejati, sasayut, dan segehan. Dilengkapi dengan sarana lain, yaitu bija, dupa, toya anyar, tirta panglukatan, dan tirta Hyang Guru. Untuk tahapannya, sebelum memulai menghaturkan banten. Ibu dari yang meotonan yang melakukannya. "Sang ibu ngayab banten ini kehadapan Sang Hyang Atma," ujarnya kepada Tribun Bali, Selasa 11 Mei 2021. Sebagai pertanda bahwa ini adalah hari lahir Sang Hyang Atma menjelma menjadi manusia di bumi. Setelah itu, dilanjutkan dengan menghaturkan segehan di bawah bale atau tempat sang anak meoton. Bali memang unik dan menarik bagi semua orang, tidak hanva Bangsa sendiri tetapi juga Bangsa-bangsa di seluruh dunia membicarakan tentang "Bali". Salah satu keunikan yang sudah menjadi tradisi umat Hindu Bali dimanapun berada tidak pernah melupakan prihal; Otonan atau Ngotonin, yang merupakan peringatan hari kelahiran berdasarkan satu tahun wuku, yakni; 6 enam bulan kali 35 hari = 210 hari. Jatuhnya Otonan akan bertepatan sama persis dengan; Hari, Panca Wara, dan Wuku yang sama. Misalnya orang yang lahir pada hari Rabu, Keliwon Sinta, selalu otonannva akan diperingati pada hari yang sama persis seperti itu yang datangnya setiap enam bulan sekali 210 hari. Berbeda dengan peringatan hari Ulang Tahun yang hanya menggunakan perhitungan tanggal dan bulan saja dengan mengabaikan hari maupun wuku pada tanggal tersebut. Misalnya seseorang yang lahir tanggal 10 Januari, maka hari ulang tahunnya akan diperingati tiap-tiap tanggal 10 Januari pada tahun berikutnya 12 bulan kalender. Otonan diperingati sebagai hari kelahiran dengan melaksanakan upakara yadnya yang kecil biasanya dipimpin oleh orang yang dituakan dan bila upakaranya lebih besar dipuput oleh pemangku Pinandita. Sarana pokok sebagai upakara dalam otonan ini adalah; biyukawonan, tebasan lima, tumpeng lima, gebogan dan sesayut. Menurut tradisi umat Hindu di Bali, dalam mengantarkan doa-doa otonan sering mempergunakan doa yang diucapkan yang disebut sehe see yakni doa dalam bahasa Bali yang diucapkan oleh penganteb upacara otonan yang memiliki pengaruh psikologis terhadap yang melaksanakan otonan, karena bersamaan dengan doa juga dilakukan pemberian simbol-simbol sebagai telah menerima anugerah dari kekuatan doa tersebut. Sebagai contoh Melingkarkan gelang benang dipergelangan tangan si empunya Otonan, dengan pengantar doa "Ne cening magelang benang, apang ma uwat kawat ma balung besi" Ini kamu memakai gelang benang, supaya ber otot kawat dan bertulang besi. Ada dua makna yang dapat dipetik dari simbolis memakai gelang benang tersebut adalah pertama dilihar dari sifat bendanya dan kedua dari makna ucapannya. Dari sifat bendanya benang dapat dilihat sebagai berikut 1. Benang memiliki konotasi beneng dalam bahasa Bali berarti lurus, karena benang sering dipergunakan sebagai sepat membuat lurus sesuatu yang diukur. Agar hati selalu di jalan yang lurus/ Benang memiliki sifat lentur dan tidak mudah putus sebagai simbol kelenturan hati yang otonan dan tidak mudah patah semangat. Sedangkan dari ucapannya doa tersebut memiliki makna pengharapan agar menjadi kuat seperti memiliki kekuatannya baja atau besi. Disamping kuat dalam arti fisik seperti kuat tulang atau ototnya tetapi juga kuat tekadnya, kuat keyakinannya terhadap Tuhan dan kebenaran, kuat dalam menghadapi segala tantangan hidup sebab hidup ini bagaikan usaha menyebrangi samudra yang luas. Bermacam rintangan ada di dalamnya, tak terkecuali cobaan hebat yang sering dapat membuat orang putus asa karena kurang kuat hatinya. Dalam rangkaian upacara otonan berikutnya sebelum natab, didahului dengan memegang dulang tempat sesayut dan memutar sesayut tersebut tiga kali ke arah pra sawia searah jarum jam dengan doa dalam bahasa Bali sebagai berikut "Ne cening ngilehang sampan, ngilehang perahu, batu mokocok, tungked bungbungan, teked dipasisi napetang perahu bencah" Ini kamu memutar sampan, memutar perahu, batu makocok, tongkat bungbung, sampai di pantai menemui kapal terdampar.Dari doa tersebut dapat dilihat makna 1. "Ngilehang sampan ngilehang perahu" bahwa hidup ini bagaikan diatas perahu yang setiap hari harus kesana-kemari mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidup ini. Badan kasar ini adalah bagaikan perahu yang selalu diarahkan sesuai dengan keinginan sang diri yang menghidupi kita. 2. "Batu makocok" adalah sebuah alat judi. Kita teringat dengan kisah pandawa dan Korawa yang bermain dadu, yang dimenangkan oleh Korawa akibat kelicikan Sakuni. Jadi hidup ini bagaikan sebuah perjudian dan dengan tekad dan keyakinan yang kuat harus dimenangkan. 3. "Tungked bungbungan" tongkat berlobang adalah bambu yang dipakai kantihan yakni sebagai penyangga keseimbangan samping perahu agar tidak mudah tenggelam karena bambu bila masih utuh memang selalu terapung. "Perahy hidup ini" jangan mudah tenggel. oleh keadaan, kita harus selalu dapat mengatasinya sehingga dapat berumur panjang sampai memper-gunakan tongkat usia tua. 4. "Teked dipasisi napetang perahu bencah" sampai di pantai menemui perahu/ kapal terdampar. Terinspirasi dari sistem hukum tawan karang yang ada pada jaman dahulu di Bali, yakni setiap ada kapal atau perahu yang terdampar di pantai di Bali, rakyat Bali dapat dengan bebas menahan dan merampas barang yang ada pada kapal yang terdampar tersebut. Maksudnya supaya mendapatkan rejeki nomplok, atau dengan usaha yang mudah bisa mendapatkan rejeki yang banyak. Demikian luhurnya makna doa yang diucapkan dalam sebuah upacara otonan bagi masyarakat Hindu Bali yang dikemas dengan simbolis yang dapat dimaknai secara fisik maupun psikologis, dengan harapan agar putra-putri yang menjadi tumpuan harapan keluarga mendapatkan kekuatan dan kemudahan dalam mengarungi kehidupan. Source I Wayan Ritiaksa, l Warta Hindu Dharma NO. 488 Agustus 2007